Jumat, 13 April 2012

Nabi Mengatakan Orang Mati Bisa Mendengar, Ulama Wahabi Mengingkarinya




Tafsir Ngawur Wahabi terhadap ayat 22 QS. FATHIR
Dalam Kitab “Kaif Nafham At-Tauhid?” hal. 20 Muhammad Ahmad Basyamil seorang ulama wahabi murid Bin Baz mengatakan bahwa mayit tidak bisa mendengar. Benarkah demikian?
Terjemah scan kitab berwarna kuning sbb:
“Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” [QS. Fathir: 22]. Tetapi karena kebodohanmu dari ajaran Allah [sunatullah] dan keberpalinganmu dari mengambil pelajaran yang datang dari kitabullah [al-Qur’an], maka jatuhlah kamu dalam kebodohan dan jadilah hatikamu berpaling dari ke-Maha Kuasaan Allah atas segala sesuatu yang Dia [Allah] selalu menyertaimu, mendengar dan melihatmu. Dan kamu menghadapkan wajahmu kepada mayit yang dimana dia [mayit] telah melupakanmu dan dia tidak mendengarmu dan melihatmu.”
1. Ini adalah kaidah umum yang tetap tidak akan berubah bahwa sesungguhnya mayit tidak bisa mendengar, kecuali seseorang mendatangkan dalil khusus dalam keadaan khusus pula dan ini [dalil] khusus yang ketetapannya secara umum dalam keberadaannya. Maka darimana [tiba-tiba] ada dalil buat kuburiyun [ahli ziarah kubur] atas wali-wali mereka yang sudah meninggal itu bisa mendengar? [suara dan do’a mereka]. Maka apakah telah didatangkan [diterangkan] di dalam al-Qur’an bahwa sesungguhnya Syaikh Fulan atau Sayyid Fulan telah mendapatkan prioritas Allah di antara orang-orang yang sudah meninggal [mayit] bahwa sesungguhnya mereka mendengar orang yang memanggilnya siapa dia dan dimana dia? dan seterusnya…………”

KITA BANDINGKAN DENGAN PENJELASAN ULAMA SALAF SBB:

IBNU KATSIR MENJELASKAN AYAT DIATAS SBB:

وَمَا يَسْتَوِي الأحْيَاءُ وَلا الأمْوَاتُ إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ

“Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” [QS. Fathir: 22]

يقول تعالى: كما لا تستوي هذه الأشياء المتباينة المختلفة، كالأعمى والبصير لا يستويان، بل بينهما فرق وبون كثير، وكما لا تستوي الظلمات ولا النور ولا الظل ولا الحرور، كذلك لا تستوي الأحياء ولا الأموات، وهذا مثل ضربه الله للمؤمنين وهم الأحياء، وللكافرين وهم الأموات،
{ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ } أي: كما لا [يسمع و] ينتفع الأموات بعد موتهم وصيرورتهم إلى قبورهم، وهم كفار بالهداية والدعوة إليها، كذلك هؤلاء المشركون الذين كُتِب عليهم الشقاوة لا حيلةَ لك فيهم، ولا تستطيع هدايتهم.

Alloh berfirman: Sebagaimana ketidaksamaan beberapa perkara yang memiliki beragam penjelasan seperti antara buta dan melihat keduanya tidaklah sama, tetapi antara keduanya memiliki banyak perbedaan, dan seperti ketidaksamaan antara kegelapan dan sinar terang, keteduhan dan kepanasan, begitu pula ketidaksamaan antara orang yang hidup dan orang yang mati. Dan ini sebuah perumpamaan Alloh atas orang-orang mukmin itu sebagai orang yang hidup, dan bagi orang-orang kafir itu orang yang mati.
{Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar}yaitu: sebagaimana [tdk bisa mendengar dan] bermanfa’at buat orang mati setelah kematiannya dan setelah mereka kembali ke kubur mereka. Mereka itu adalah orang-orang kafir dengan memberi petunjuk dan seruan [berbuat baik] atasnya. Demikian pula mereka orang-orang musyrik yang telah ditetapkan atas mereka kecelakaan tidak ada bagimu daya dan kemampuan untuk menunjukkannya.
IMAM AL-QURTHUBI MENJELASKAN AYAT DIATAS SBB:

.{ وَمَا يَسْتَوِي الأَحْيَاءُ وَلا الأَمْوَاتُ } قال ابن قتيبة: الأحياء العقلاء، والأموات الجهال. قال قتادة: هذه كلها أمثال؛ أي كما لا تستوي هذه الأشياء كذلك لا يستوي الكافر والمؤمن. { إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ } أي يسمع أولياءه الذين خلقهم لجنته. { وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ } أي الكفار الذين أمات الكفر قلوبهم؛ أي كما لا تسمع من مات، كذلك لا تسمع من مات قلبه.

{Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati}Ibnu Qutaibah berkata: Orang yang hidup adalah orang yang berakal [pandai], dan orang yang mati adalah orang yang jahil [bodoh]. Qotadah berkata: ini semua adalah perumpamaan; yaitu sebagaimana ketidaksamaan beberapa perkara begitu pula ketidaksamaan orang kafir dengan orang  mukmin. {Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya} yaitu para kekasih-NYA yang mereka telah dijadikan untuk menempati surga-Nya. {Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar}yaitu orang kafir, mereka itu orang-orang yang telah mati hatinya, yaitu sebagaimana tidak mendengarnya orang yang sudah mati. Demikian halnya tidak bisa mendengarnya orang yang telah mati hatinya.
IMAM ATH-THOBARI MENJELASKAN AYAT DIATAS SBB:

وقوله ( وَمَا يَسْتَوِي الأحْيَاءُ وَلا الأمْوَاتُ ) يقول: وما يستوي الأحياء القلوب بالإيمان بالله ورسوله، ومعرفة تنزيل الله، والأموات القلوب لغلبة الكفر عليها، حتى صارت لا تعقل عن الله أمره ونهيه، ولا تعرف الهدى من الضلال، وكل هذه أمثال ضربها الله للمؤمن والإيمان والكافر والكفر

Dan firman Alloh: {Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati} dikatakan: tidaklah sama orang yang hidup hatinya dengan beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya, mengetahui apa yang diturunkan Alloh, dan orang yang mati hatinya yang meliputi orang-orang kafir sehingga jadilah ketidaktahuan akan perintah-perintah dan larangan-larangan Alloh, dan tidak mengetahui petunjuk dan kesesatan. Dan ini semua adalah perumpamaan Alloh untuk orang-orang mukmin dan keimanan, orang-orang kafir dan kekufuran.
MENURUT IBNU TAIMIYAH [MAJMU’ FATAWA BAB. JANAIZ]

وسئل ـ رَحمه اللّه:
هل يتكلم الميت في قبره أم لا ؟

فأجاب:
يتكلم، وقد يسمع ـ أيضاً ـ من كلمه، كما ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: (إنهم يسمعون قرع نعالهم). وثبت عنه في الصحيح: أن الميت يسأل في قبره فيقال له: من ربك ؟ وما دينك؟ ومن نبيك؟ فيثبت اللّه المؤمن بالقـول الثابت، فيقول: اللّه ربي، والإسلام ديني، ومحمد نبيي، ويقال له: ما تقول في هذا الرجل الذي بعث فيكم؟ فيقول المؤمن: هو عبد اللّه ورسوله، جاءنا بالبينات والهدي، فآمنا به، واتبعناه. وهذا تأويل قوله تعالى: {يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} [إبراهيم: 27]. وقد صح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنها نزلت في عذاب القبر.

Ditanyakan kepada (Syeikhul islam Ibnu Taimiyah) rohimahulloh (semoga Alloh merohmatinya), “Apakah mayyit bisa berbicara di dalam kuburnya atau tidak?”
Maka beliau menjawab, “Berbicara, juga mendengar tentang perkataannya, seperti yang terbukti dan telah ditetapkan dalam hadits Shahih bahwa Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ (Mereka [amwat] mendengar suara langkah kaki mereka (zaa-ir)). Dan diriwayatkan dalam hadits Shahih bahwa orang mati ditanya dalam kuburnya. dikatakan kepadanya: Siapa Tuhanmu?, Apa agamamu?, dan siapa Nabimu? Maka Alloh meneguhkan (iman) kepada orang mukmin dengan jawaban yang teguh. Maka (mayit) berkata, “Allah adalah Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi Muhammad Nabiku,” dan dikatakan kepadanya, “Apa yang kamu katakan (ketahui) kepada orang ini (Muhammad) yang diutus kepadamu?” Maka orang mukmin berkata, “Dia (Muhammad) adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, telah datang kepada kami bukti-bukti dan petunjuk, dan kami beriman dengannya serta mengikutinya. Dan ini adalah takwil dari firman Alloh (Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki) [QS. Ibrahim: 27] Sungguh benar bahwa dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam sesungguhnya ayat tersebut turun berkenaan dengan siksa kubur.
Diriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa orang-orang yang ikut dalam perang Badar setelah wafat dapat mendengar apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepada mereka. Hadis tersebut diriwayatkan dalam Musnad Ahmad 1/26 no 182.

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يحيى بن سعيد وأنا سألته ثنا سليمان بن المغيرة ثنا ثابت عن أنس قال كنا مع عمر بين مكة والمدينة فتراءينا الهلال وكنت حديد البصر فرأيته فجعلت أقول لعمر أما تراه قال سأراه وأنا مستلق على فراشي ثم أخذ يحدثنا عن أهل بدر قال إن كان رسول الله صلى الله عليه و سلم ليرينا مصارعهم بالأمس يقول هذا مصرع فلان غدا إن شاء الله تعالى وهذا مصرع فلان غدا إن شاء الله تعالى قال فجعلوا يصرعون عليها قال قلت والذي بعثك بالحق ما أخطئوا تيك كانوا يصرعون عليها ثم أمر بهم فطرحوا في بئر فانطلق إليهم فقال يا فلان يا فلان هل وجدتم ما وعدكم الله حقا فإني وجدت ما وعدني الله حقا قال عمر يا رسول الله أتكلم قوما قد جيفوا قال ما أنتم بأسمع لما أقول منهم ولكن لا يستطيعون أن يجيبوا

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dan aku bertanya padanya, ia berkata telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Mughirah yang berkata telah menceritakan kepada kami Tsabit dari Anas yang berkata “Kami bersama Umar di antara Mekkah dan Madinah, dan kami sama-sama melihat bulan sabit. Aku termasuk orang yang tajam penglihatan sehingga aku dapat melihatnya. Aku berkata kepada Umar”Tidakkah engkau akan melihatnya?”. Umar berkata “Aku akan melihatnya ketika aku terkapar di tempat tidurku”. Dia kemudian menceritakan kepada kami tentang para Ahli Badar. Dia berkata “Sesungguhnya Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam telah memperlihatkan kepada kita tempat kematian mereka kemarin”. Beliau bersabda “Ini tempat kematian fulan besok jika Allah menghendaki dan ini tempat kematian fulan besok jika Allah menghendaki”. Mereka kemudian meninggal dunia di tempat itu. Aku berkata “Demi Yang mengutusmu dengan membawa kebenaran tidaklah mereka melangkah untuk itu. Mereka dibantai di tempat itu”. Beliau kemudian memerintahkan agar mereka dimasukkan kedalam sumur. Beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka dan bersabda “Wahai fulan dan fulan, apakah kalian telah menemukan apa yang Allah janjikan kepada kalian sebagai suatu kebenaran?. Sesungguhnya Aku telah menemukan apa yang Allah janjikan kepadaKu sebagai suatu kebenaran”. Umar berkata “Ya Rasulullah, apakah Engkau sedang berbicara dengan suatu kaum yang telah menjadi bangkai?Beliau menjawab “Tidaklah kalian lebih dapat mendengar apa yang aku katakan daripada mereka. Hanya saja mereka tidak dapat menjawab”
Hadis ini sanadnya Shahih sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim. Syaikh Ahmad Syakir dalam Syarh Musnad Ahmad no 182 berkata “sanadnya shahih”.Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Musnad Ahmad tahqiq beliau berkata

إسناده صحيح على شرط الشيخين

Sanadnya shahih sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim. Wallohu A’lam bish-Showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar