Minggu, 15 April 2012

Imam Ghozali Seorang Hujjatul Islam yang Dianggap Sesat Oleh Kaum Wahabi




Oleh: Mahmud ‘Awy’ Al Banjari
Semua kitab fiqh yang kita baca sekarang asalnya dari kitab karangan Imam Ghozali yaitu “AL BASITH”. Dari  Al Basith ini lahirlah kitab-kitab seperti ; Al Muhith, Bahrul Muhith, Mathlab Ali. Dan Imam Ghozali juga mengarang kitab lain lagi, yaitu AL WASITH, kemudian AL WAJIZ. Dari Al Wajiz inilah pengembangan “Ilmu Fiqh Syafi’iyyah” dimulai oleh para Ulama.
Lalu Imam Rofi’i melahirkan kitab Fathul Aziz, Imam lainnya juga ada, sepeti Ibriz dan Ta’jiz. Dan Fathul Aziz ini diringkas, lalu fathul aziz ini mendapat gelar di kitab-kitab fiqh menjadi “ASHLUR RAUDHAH, dan juga ada lagi ringkasan Fathul Aziz, yaitu Hawi Quzwaini. Kemudian Imam Ghozali juga ada mengarang kitab fiqh: “Khulashah”, dan dari kitab ini Imam Rofi’i melahirkan kitab Muharrar, dan Muharrar ini adalah “ASHLUL MINHAJ”.
Dan pasti kalian semua tahu, yang mensyarahkan kitab “Minhaj” Imam Nawawi ini puluhan ulama, sampai kitab-kitab yang kita baca sekarang adalah ringkasan-ringkasan pendapat dari pensyarah Minhaj.  Jadi asal kitab Fiqh Syafi’iyyah yang kita temui sekarang ini asal puncaknya dari semua karangan Imam Ghozali, karena itu beliau bergelar Hujjatul Islam. Bahkan ada ulama berpendapat, beliau adalah Sayyidul Mushannif Qutbul Ulum. Ada lagi ulama yang mengatakan bahwa kitab-kitab fiqh, tasawuf, tafsir dan lain-lain yang dikarang  ulama setelah Imam Ghozali adalah puncaknya menjiplak karangan Imam Ghozali, tidak ada satu kitab pun yang tak ada nama Imam Ghozali, bahkan kitab Wahabi, sekalipun dalam kitab mereka mencela beliau, tapi kan tetap ada nama beliau disebut orang.
Diriwayatkan dari orang-orang yang pernah bermimpi jumpa Rasul Saw, bahwa Orang yang hendak bertemu Rasulullah dalam keadaan bangun, maka ia wajib melewati 27.999 maqam, misalnya maqam syukur, shobar, hilm, pemurah, tho’at, hafizh, qori dan banyak lagi maqam-maqamnya. Dan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin  semua maqam ini disebutkan, tinggal kita amalkan semua isinya, maka kita akan bisa bertemu Nabi Saw dalam mimpi maupun jaga (bangun), dan bahkan Imam ghozali dari kecil sampai  umur baligh sudah melewati semua maqam ini, dan beliau dapat bertemu langsug dengan Rasul Saw sewaktu bangun, sehingga beliau mulhaq bishshahabat dan boleh memarfu’-kan hadist langsug ke Rasulullah tanpa sanad.

Tidak ada hukum mursal, tadlis, munkar, matruk, dhoif dalam semua riwayat Imam Ghozali. Pokoknya hadist apa pun yang datang dari beliau semuanya shohih lizatihi, karena setiap detik Rasulullah Saw ada di samping beliau. Kalau ada yang tidak percaya dengan yang saya katakan, maka saya jamin di akhir hayat-nya dia akan mati suu’ul khatimah, dan akan menempati neraka selamanya, tidak akan mendapat syafa’at sedikit pun.

Adapun para ulama mentakhrij hadist Ihya’ itu hanya sekedar zhohirnya saja, agar supaya Allah menampakkan mana yang suka men-i’tirodh wali-NYA mana yang berpegang teguh kepada wali-NYA, dan para Imam itu mereka tidak akan meng-i’tirodh Imam Ghozali. Karena mereka juga tahu bahwa Imam Ghozali langsug mengambil hadist ke Rasulullah dalam keadaan bangun, tapi ini harus disembunyikan agar tidak akan banyak orang yang kualat dengan wali-NYA, karena i’tirodh dengan hal ihwal Imam Ghozali. Wallohu a’lam….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar