Dan
bukti nyata dari adu domba ini adalah memunculkan perang sektarian
antar mazhab Sunni dan Syi’I, dan ini di iklankan di semua media-media
massa dan diamini oleh Wahabi. Padahal fakta yang terjadi adalah
sebaliknya dimana Wahabi memotong leher warga Sunni dan menggorok
tenggorokan warga Syi’i. Dan ini adalah sebuah sekenario besar dan
panjang dari zionis, USA dan Inggris. Al-Qaeda yang wahabi dan Ba’ats
yang sosialis dukungan Saudi adalah anak emas dari usa, zionist serta
inggris. Ba’ats adalah tangan panjangnya gerakan zionisme internasional
dan Al-qaeda adalah kelanjutan Muhammad Wahhab si anak durhaka dari
dusun Najd yang memoles islam menjadi angker dan tidak bersahabat.
MELACAK WAHABI SALAFY/I: SEBUAH DONGENG
Pengikut
ajaran zionist Muhammad bin Abdul Wahhab besutan penjajah Inggris ini
tidak senang dan alergi jika meraka di sebut sebagai pengikut WAHABI. Mereka
lebih PEDE jika disebut dengan pengikut ajaran Salafy/I padahal Wahabi
di comot dari pencipta akidah takfiriyah Muhammad bin Abdul Wahhab.
Wahabi dikenal sebagai gerakan sebuah mazhab yang mengganggap kebenaran
mereka adalah kebenaran mutlak, MAHA dan ABSOLUT. Karena itu mereka
antipati dan menampik kebenaran lain dan ketika mereka memutar tasbih,
dzikir dan sholawat mereka adalah bid’ah, syirik, khurafat, tahayul dan
KAFIR. Sebenarnya aliran WAHABIYAH inilah sesunguhnya yang memunculkan
benih-benih terorisme international yang puncaknya adalah munculnya
negara Taliban dan Al-Qaeda yang wahabi [Freedom House, 2005, halaman 13]
dan sekarang ini mulai menampakkan secara terang-terangan taring-taring
yang tajam dan berdarah di ranah tanah air Indonesia dan memamah warga
Ahlu Sunnah wal Jammaah dengan dzikir dan sholawat bid’ah, syirik dan
khurafat. Naudzu billah min dzalik ….
Sialnya
lagi adalah bahwa klaim mereka sebagai satu-satunya mazhab yang berhak
menegakkan dan memurnikan ajaran Muhammadi satu sisi klaim besar dan
naif ini tidak diimbangi dengan toleransi, teleposiro, dan totokromo dan
berusaha memoksakan tradisi lokal kaum muslimin dalam hal ini adalah
Nahdliyin dengan kebohongan dan omong kosong belaka wahabi dengan
gampang mengucap “KAFIR” [Lihat Kitab Ad-duru As-sanniyah, juz: 10. Halaman 12, 64, 75, 77, 86,] bahkan
darahnya kaum muslimin yang tidak seakidah dengannya halal untuk
ditumpahkan. Mereka memaknai agama sebegitu dangkal dan picik. Mereka
dengan gampang mematikan peran nalar akal dalam mencerna ayat dan
hadist. Lihat kitab Syarhu As-sunnah naql an As-salafiyah Al-wahabiyyah, As-seggaf, hal 54. Lihat kitab Syarhu As-sunnah, hal, 92.
Petualangan
Muhammad bin Abdul Wahab dalam menerapkan akidah kafir dan mengkafirkan
tidak hanya terhenti kepada kaum muslimin yang tidak semazhab saja,
akan tetapi terhadap Ulama-ulama yang dalam Islam mempunyai peranan yang
signifikan pun di tikam pedang beracun KAFIR, musrik, dan bidah. Siapa
yang tidak kenal dengan nama-nama agung islam semisal sang filsuf dan
sufi Ibnu Arabi? Yang oleh Muhammad bin Abdul Wahhab Ad-dajjal di
anggapnya sebagai Firaun, [Lihat Kitab Ad-duru As-sanniyah, juz: 10. Halaman 25, lalu
siapa yang berani dan lancang menggingkari ke tauhidan dan keimanan
Fakhr Ar-razi sohib At-tafsir Al-kabir jika tidak anak durhaka bernama
Muhammad Wahhab yang mendakwa sohib At-tafsir Al-kabir ini sebagai
penyembah bintang. [Lihat Kitab Ad-duru As-sanniyah, juz: 10. Halaman 355. Kurang apa mereka ini dalam menegakkan islam. Ayyuhal Wahhabiyun……. Ayyuhal Salafiyun Gadungan…???.
Masih
dalam kitab yang sama juz 2, Halaman 59 sebuah surat pengkafiran di
kirim oleh Muhammad Wahhab Al-yahudi untuk sang Faqih Ibnu Isa dengan
berdalil ayat Al-quran yang berbunyi: “Ittakhaduu ahbarahum wa ruhbanahum arbaban min dunillah”. Dikatakan bahwa: “Rasulullah
saw telah menafsirkan ayat ini dan para imam setelah rasul dengan yang
engkau [Ibnu Isa. Red] namakan Al-faqih, inilah yang Allah swt
menyebutnya sebagai syirik”.
Meniti jejak dongeng Pengkafiran
Akidah
Muhammad bin Abdul Wahhab diakui atau tidak merupakan bentukan dari
akidah Ahmad bin Hanbal. Tetapi karena hati dan pikirannya di pupuk
dengan model pemikiran Ibnu Taimiyyah laknatullah alaihi, dia mulai
berani membelokkan ajaran Ahmad bin Hanbal. Muhammad Wahhab dengan
akidah pengkafirannya mulai mengiklankan gerakannya yang dirintis dari
desa kelahirannya, di Najd. Memang pada awal periode ini gerakan
wahabbiyah tidak mendapat hati di masyarakat sebab akidah Wahabi yang
kaku, dekil dan tidak toleran ini pada awalnya tergusur dengan akidah
Asy’ariyyah yang ahlu sunnah wal jammaah. Sementara pada periode Ibnu
Taimiyyah mazhab ini pun kehilangan moment dan lahan yang cukup untuk
berlomba menjuarakan dakwahnya. Dan jika kita tilik sebab mandegnya
dakwah Ibnu taimiyyah ini adalah, dia terlalu bego yang hanya
menyebarkan ajarannya terbatas pada kalangan orang-orang yang berilmu,
mereka adalah para ulama para fukaha Asy’ariyyah. Jelas saja hal ini
mendapat respon balik arah dari ulama dan fukaha Asy’ariyyah. Sementara
penguasa pada saat itu juga membantu para ulama di dalam memerangi
ajaran dekil Ibnu Taimiyyah. Dan bisa di bilang pada periode Ibnu
Taimiyyah ini kebejatan, kerusakan, penyimpangan plus pengkafiran Mazhab
hanya tersimpan rapi di dalam kitab-kitab dia dan orang-orang yang yang
hasut, iri, dengki plus dekil saja.
Sebaliknya
sang murid Muhamad bin Abdul Wahhab, pada periode ini, dengan
memanfaatkan situasi dan kondisi yang mendukung mulai bergerilya
menancapkan cakar, taring dan pemikiran-pemikirannya yang beracun ke
tengah masyarakat. Karena memang kondisi masyarakat Najd pada waktu
adalah masyarakat badui, miskin dan tingkat pendidikannya bisa dibilang
nol besar, maka Muhammad Wahhab yang pada akhirnya menelurkan mazhab
Wahabiyyah ini dengan mudah bisa menyihir hati masyarakat. Di samping
itu, penguasa Ali Sa’ud (keluarga Sa’ud) membantu mensuplay dana
besar-besaran atas penyebaran dakwahnya dengan pedang dan menumpahkan
darah rakyat. Dengan hunusan pedang dan fulus inilah mereka bisa membeli
akidah dan memaksa ummat manusia untuk berpegang teguh kepada ajaran
Wahabi, karena masyarakat faham jika menolaknya maka mereka akan di cap
dan di beri label kufur dan syirik, tentu dengan hunusan pedang. Selain
cap dan logo tersebut diatas, Wahhabiyah dengan bantuan keluarga Sa’ud
memperlebar kekuasaannya yang meliputi Yaman, Hijaz, Syiria dan Iraq
dengan menghunus pedang dan meyembelih siapa saja yang tidak
mengakuinya. [Lihat Tarikh Mamlakah al-`Arabiyyah al-Sa`udiyyah, Vol. I, Halaan 51].
Dari
sinilah ajaran wahhabi ini melakukan tindakan pembenaran dan klaim atas
tindakannya itu melalui sejumlah keyakinan rusak dan bobrok, dengan
logo murahan “At-tauhid As-sohih”. Dari sini pula
sekenario sandiwara besar dari sebuah cerita kolosal panjang yang di
arsiteki oleh Kolonial Inggris yang telah dirajut tercium yakni Adu domba dan kuasai. Pemerintah
Inggris tahu benar kelemahan kaum muslimin pada waktu itu. Dari mazhab
Asy’ariyyah yang Ahlu Sunnah wal Jammaah di adu domba dengan mazhab
Takfiriyah sebutan untuk WAHHABIYAH dan AHMADIYYAH bikinan Inggris
sementara dari Mazhab Syiah Inggris membesut BAHAI dan tidak berhenti
disitu saja mazhab Asy’ariyyah yang Ahlu Sunnah wal Jammaah berusaha di
adu domba dengan Syiah.
Dan
bukti nyata dari adu domba ini adalah memunculkan perang sektarian
antar mazhab Sunni dan Syi’I, dan ini di iklankan di semua media-media
massa dan diamini oleh Wahabi. Padahal fakta yang terjadi adalah
sebaliknya dimana Wahabi memotong leher warga Sunni dan menggorok
tenggorokan warga Syi’i. Dan ini adalah sebuah sekenario besar dan
panjang dari zionis, USA dan Inggris. Al-Qaeda yang wahabi dan Ba’ats
yang sosialis dukungan Saudi adalah anak emas dari usa, zionist serta
inggris. Ba’ats adalah tangan panjangnya gerakan zionisme internasional
dan Al-qaeda adalah kelanjutan Muhammad Wahhab si anak durhaka dari
dusun Najd yang memoles islam menjadi angker dan tidak bersahabat.
Ahlu Sunnah wal Jammaah Berontak
Ibarat
penyakit kanker, bagi siapa saja yang terkena penyakit ini maka untuk
menyembuhkannya adalah dengan memotong semua jaringan tubuh yang
terinfeksi oleh penyakit ini. Jika masih tersisa sedikit saja maka
penyakit itu akan terus merambah ke tempat yang lain. Mazhab Wahabi atau
yang mendaku Salafy/I ini adalah kanker Islam. Maka untuk menyembuhkan
dari tubuh Islam tidak ada cara kecuali memotong dan mengikis habis
sampai ke akar-akarnya.
Jayyid, kita ke lubbul matlab,
diatas tadi adalah sekedar iklan kecik saja, sekedar iseng supaya kita
masih bisa mengembangkan senyum meskipun kita dalam pesakitan. Sebab ada
pepatah arab bilang: “ likulli da’in dawak” “setiap penyakit pasti ada obatnya” any
way Islam saat ini dalam pesakitan, Islam saat ini dalam jeratan kanker
Jammaah Takfiriyah yang mendaku Salafy/I dan Ahlu Sunnah wal Jammaah.
Oleh karena itu apakah benar dakwaan Jammah Takfiriyah ini sebagai
penegak akidah Ahlu Sunnah wal Jammaah.??. lebih edan lagi mendaku
Salafy/I …?.
Lihat
apa yang dikatakan adik Muhhamad Abdul Wahab ini kepada kakaknya.
Sulaiman bin Abdul Wahhab adalah tokoh murni Ahlu Sunnah wal Jammaah
beliau dalam kitabnya yang berjudul [Ash-shawa’iq Al-ilahiyyah fi Ar-radd ‘ala Al-wahabiyyah], kepada Muhammad Abdul Wahhab beliau bertutur: “Sejak
jaman sebelum Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu pada jaman para imam Islam,
belum pernah ada yang meriwayatkan bahwa seorang imam kaum Muslimin
mengkafirkan sesama, mengatakan kepada mereka murtad dan memerintahkan
untuk memerangi mereka. Belum pernah ada seorang pun dari para imam kaum
Muslimin yang menamakan negeri kaum Muslimin sebagai negeri syirik dan
negeri perang, sebagaimana yang Anda [Muhammad Abdul Wahab. Red] katakan
sekarang. Bahkan lebih jauh lagi, Anda mengkafirkan orang yang tidak
mengkafirkan perbuatan-perbuatan ini, meskipun dia tidak melakukannya.
Kurang lebih telah berjalan delapan ratus tahun atas para imam kaum
Muslimin, namun demikian tidak ada seorang pun dari para ulama kaum
Muslimin yang meriwayatkan bahwa mereka [para imam kaum Muslimin]
mengkafirkan orang Muslim. Demi Allah, keharusan dari perkataan Anda ini
ialah Anda mengatakan bahwa seluruh umat setelah jaman Ahmad -semoga
rahmat Allah tercurah atasnya- baik para ulamanya, para penguasanya dan
masyarakatnya, semua mereka itu kafir dan murtad. Inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un.” [lihat perkataan Muhammad Wahhab dalam novel Risalah Arba’ah Qawa’id, Muhammad bin Abdul Wahhab, hal 4].
Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab juga berkata di dalam halaman 4 dalam kitabnya: “Hari
ini umat mendapatkan musibah dengan orang yang menisbahkan dirinya
kepada Al-qur’an dan As-sunnah, menggali ilmu dari keduanya, namun tidak
mempedulikan orang yang menentangnya. Jika dia diminta untuk
memperlihatkan perkataannya kepada ahli ilmu, dia tidak akan
melakukannya. Bahkan, dia mengharuskan manusia untuk menerima perkataan
dan pemahamannya. Barangsiapa yang menentangnya, maka dalam pandangannya
orang itu seorang yang kafir. Demi Allah, pada dirinya tidak ada satu
pun sifat seorang ahli ijtihad. Namun demikian, begitu mudahnya
perkataannya menipu orang-orang yang bodoh. Inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un. Ya Allah, berilah petunjuk orang yang sesat ini, dan
kembalikanlah dia kepada kebenaran.”
Mari kita simak lagi peranan sang bapak untuk meluruskan kembali pemikiran rusak si anak durhaka Muhammad Abdul Wahhab. Dikatakan bahwa Mufti Makkah, Zaini Dahlan mengatakan:”Abd
Al-wahhab sang alim, bapak Muhammad bin abdul wahab adalah seorang yang
salih, qadhi dan merupakan seorang tokoh ahli ilmu, begitulah juga
dengan Al-syaikh Sulayman. Al-syaikh bin Abd Al-wahhab dan al-Syaikh
Sulayman, kedua-duanya sejak awal ketika Muhammad mengikuti
pengajarannya di Madinah al-Munawwarah telah mengetahui pendapat dan
pemikiran Muhammad yang meragukan. Keduanya telah mengkritik, menasehati
dan mencela pendapatnya dan mereka berdua pulalah yang memperingatkan
kepada masyarakat mengenai bahaya pemikiran Muhammad ini “ [Zaini
Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]
Disana dijelaskan lagi bahwa Zaini Dahlan mengatakan:”
Bapaknya [Abd al-Wahhab], saudaranya Sulayman dan guru-gurunya sejak
dini telah mengenali tanda-tanda penyelewengan agama (ilhad) dalam
dirinya melihat dari perkataan, perbuatan dan tentangan Muhammad bin abd
wahab terhadap banyak persoalan agama”.[Zaini Dahlan, al-Futuhat
al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar