Selasa, 29 Mei 2012

Melacak Wahabi Salafy/i: Mendulang Fakta


Dan bukti nyata dari adu domba ini adalah memunculkan perang sektarian antar mazhab Sunni dan Syi’I, dan ini di iklankan di semua media-media massa dan diamini oleh Wahabi. Padahal fakta yang terjadi adalah sebaliknya dimana Wahabi memotong leher warga Sunni dan menggorok tenggorokan warga Syi’i. Dan ini adalah sebuah sekenario besar dan panjang dari zionis, USA dan Inggris. Al-Qaeda yang wahabi dan Ba’ats yang sosialis dukungan Saudi adalah anak emas dari usa, zionist serta inggris. Ba’ats adalah tangan panjangnya gerakan zionisme internasional dan Al-qaeda adalah kelanjutan Muhammad Wahhab si anak durhaka dari dusun Najd yang memoles islam menjadi angker dan tidak bersahabat.
MELACAK WAHABI SALAFY/I: SEBUAH DONGENG
Pengikut ajaran zionist Muhammad bin Abdul Wahhab besutan penjajah Inggris ini tidak senang dan alergi jika meraka di sebut sebagai pengikut WAHABI. Mereka lebih PEDE jika disebut dengan pengikut ajaran Salafy/I padahal Wahabi di comot dari pencipta akidah takfiriyah Muhammad bin Abdul Wahhab. Wahabi dikenal sebagai gerakan sebuah mazhab yang mengganggap kebenaran mereka adalah kebenaran mutlak, MAHA dan ABSOLUT. Karena itu mereka antipati dan menampik kebenaran lain dan ketika mereka memutar tasbih, dzikir dan sholawat mereka adalah bid’ah, syirik, khurafat, tahayul dan KAFIR. Sebenarnya aliran WAHABIYAH inilah sesunguhnya yang memunculkan benih-benih terorisme international yang puncaknya adalah munculnya negara Taliban dan Al-Qaeda yang wahabi [Freedom House, 2005, halaman 13] dan sekarang ini mulai menampakkan secara terang-terangan taring-taring yang tajam dan berdarah di ranah tanah air Indonesia dan memamah warga Ahlu Sunnah wal Jammaah dengan dzikir dan sholawat bid’ah, syirik dan khurafat. Naudzu billah min dzalik ….
Sialnya lagi adalah bahwa klaim mereka sebagai satu-satunya mazhab yang berhak menegakkan dan memurnikan ajaran Muhammadi satu sisi klaim besar dan naif ini tidak diimbangi dengan toleransi, teleposiro, dan totokromo dan berusaha memoksakan tradisi lokal kaum muslimin dalam hal ini adalah Nahdliyin dengan kebohongan dan omong kosong belaka wahabi dengan gampang mengucap “KAFIR” [Lihat Kitab Ad-duru As-sanniyah, juz: 10. Halaman 12, 64, 75, 77, 86,] bahkan darahnya kaum muslimin yang tidak seakidah dengannya halal untuk ditumpahkan. Mereka memaknai agama sebegitu dangkal dan picik. Mereka dengan gampang mematikan peran nalar akal dalam mencerna ayat dan hadist. Lihat kitab Syarhu As-sunnah naql an As-salafiyah Al-wahabiyyah, As-seggaf, hal 54. Lihat kitab Syarhu As-sunnah, hal, 92.
Petualangan Muhammad bin Abdul Wahab dalam menerapkan akidah kafir dan mengkafirkan tidak hanya terhenti kepada kaum muslimin yang tidak semazhab saja, akan tetapi terhadap Ulama-ulama yang dalam Islam mempunyai peranan yang signifikan pun di tikam pedang beracun KAFIR, musrik, dan bidah. Siapa yang tidak kenal dengan nama-nama agung islam semisal sang filsuf dan sufi Ibnu Arabi? Yang oleh Muhammad bin Abdul Wahhab Ad-dajjal di anggapnya sebagai Firaun, [Lihat Kitab Ad-duru As-sanniyah, juz: 10. Halaman 25, lalu siapa yang berani dan lancang menggingkari ke tauhidan dan keimanan Fakhr Ar-razi sohib At-tafsir Al-kabir jika tidak anak durhaka bernama Muhammad Wahhab yang mendakwa sohib At-tafsir Al-kabir ini sebagai penyembah bintang. [Lihat Kitab Ad-duru As-sanniyah, juz: 10. Halaman 355. Kurang apa mereka ini dalam menegakkan islam. Ayyuhal Wahhabiyun……. Ayyuhal Salafiyun Gadungan…???.
Masih dalam kitab yang sama juz 2, Halaman 59 sebuah surat pengkafiran di kirim oleh Muhammad Wahhab Al-yahudi untuk sang Faqih Ibnu Isa dengan berdalil ayat Al-quran yang berbunyi: “Ittakhaduu ahbarahum wa ruhbanahum arbaban min dunillah”. Dikatakan bahwa: “Rasulullah saw telah menafsirkan ayat ini dan para imam setelah rasul dengan yang engkau [Ibnu Isa. Red] namakan Al-faqih, inilah yang Allah swt menyebutnya sebagai syirik”.
Meniti jejak dongeng Pengkafiran
Akidah Muhammad bin Abdul Wahhab diakui atau tidak merupakan bentukan dari akidah Ahmad bin Hanbal. Tetapi karena hati dan pikirannya di pupuk dengan model pemikiran Ibnu Taimiyyah laknatullah alaihi, dia mulai berani membelokkan ajaran Ahmad bin Hanbal. Muhammad Wahhab dengan akidah pengkafirannya mulai mengiklankan gerakannya yang dirintis dari desa kelahirannya, di Najd. Memang pada awal periode ini gerakan wahabbiyah tidak mendapat hati di masyarakat sebab akidah Wahabi yang kaku, dekil dan tidak toleran ini pada awalnya tergusur dengan akidah Asy’ariyyah yang ahlu sunnah wal jammaah. Sementara pada periode Ibnu Taimiyyah mazhab ini pun kehilangan moment dan lahan yang cukup untuk berlomba menjuarakan dakwahnya. Dan jika kita tilik sebab mandegnya dakwah Ibnu taimiyyah ini adalah, dia terlalu bego yang hanya menyebarkan ajarannya terbatas pada kalangan orang-orang yang berilmu, mereka adalah para ulama para fukaha Asy’ariyyah. Jelas saja hal ini mendapat respon balik arah dari ulama dan fukaha Asy’ariyyah. Sementara penguasa pada saat itu juga membantu para ulama di dalam memerangi ajaran dekil Ibnu Taimiyyah. Dan bisa di bilang pada periode Ibnu Taimiyyah ini kebejatan, kerusakan, penyimpangan plus pengkafiran Mazhab hanya tersimpan rapi di dalam kitab-kitab dia dan orang-orang yang yang hasut, iri, dengki plus dekil saja.
Sebaliknya sang murid Muhamad bin Abdul Wahhab, pada periode ini, dengan memanfaatkan situasi dan kondisi yang mendukung mulai bergerilya menancapkan cakar, taring dan pemikiran-pemikirannya yang beracun ke tengah masyarakat. Karena memang kondisi masyarakat Najd pada waktu adalah masyarakat badui, miskin dan tingkat pendidikannya bisa dibilang nol besar, maka Muhammad Wahhab yang pada akhirnya menelurkan mazhab Wahabiyyah ini dengan mudah bisa menyihir hati masyarakat. Di samping itu, penguasa Ali Sa’ud (keluarga Sa’ud) membantu mensuplay dana besar-besaran atas penyebaran dakwahnya dengan pedang dan menumpahkan darah rakyat. Dengan hunusan pedang dan fulus inilah mereka bisa membeli akidah dan memaksa ummat manusia untuk berpegang teguh kepada ajaran Wahabi, karena masyarakat faham jika menolaknya maka mereka akan di cap dan di beri label kufur dan syirik, tentu dengan hunusan pedang. Selain cap dan logo tersebut diatas, Wahhabiyah dengan bantuan keluarga Sa’ud memperlebar kekuasaannya yang meliputi Yaman, Hijaz, Syiria dan Iraq dengan menghunus pedang dan meyembelih siapa saja yang tidak mengakuinya. [Lihat Tarikh Mamlakah al-`Arabiyyah al-Sa`udiyyah, Vol. I, Halaan 51].
Dari sinilah ajaran wahhabi ini melakukan tindakan pembenaran dan klaim atas tindakannya itu melalui sejumlah keyakinan rusak dan bobrok, dengan logo murahan “At-tauhid As-sohih”. Dari sini pula sekenario sandiwara besar dari sebuah cerita kolosal panjang yang di arsiteki oleh Kolonial Inggris yang telah dirajut tercium yakni Adu domba dan kuasai. Pemerintah Inggris tahu benar kelemahan kaum muslimin pada waktu itu. Dari mazhab Asy’ariyyah yang Ahlu Sunnah wal Jammaah di adu domba dengan mazhab Takfiriyah sebutan untuk WAHHABIYAH dan AHMADIYYAH bikinan Inggris sementara dari Mazhab Syiah Inggris membesut BAHAI dan tidak berhenti disitu saja mazhab Asy’ariyyah yang Ahlu Sunnah wal Jammaah berusaha di adu domba dengan Syiah.
Dan bukti nyata dari adu domba ini adalah memunculkan perang sektarian antar mazhab Sunni dan Syi’I, dan ini di iklankan di semua media-media massa dan diamini oleh Wahabi. Padahal fakta yang terjadi adalah sebaliknya dimana Wahabi memotong leher warga Sunni dan menggorok tenggorokan warga Syi’i. Dan ini adalah sebuah sekenario besar dan panjang dari zionis, USA dan Inggris. Al-Qaeda yang wahabi dan Ba’ats yang sosialis dukungan Saudi adalah anak emas dari usa, zionist serta inggris. Ba’ats adalah tangan panjangnya gerakan zionisme internasional dan Al-qaeda adalah kelanjutan Muhammad Wahhab si anak durhaka dari dusun Najd yang memoles islam menjadi angker dan tidak bersahabat.
Ahlu Sunnah wal Jammaah Berontak
Ibarat penyakit kanker, bagi siapa saja yang terkena penyakit ini maka untuk menyembuhkannya adalah dengan memotong semua jaringan tubuh yang terinfeksi oleh penyakit ini. Jika masih tersisa sedikit saja maka penyakit itu akan terus merambah ke tempat yang lain. Mazhab Wahabi atau yang mendaku Salafy/I ini adalah kanker Islam. Maka untuk menyembuhkan dari tubuh Islam tidak ada cara kecuali memotong dan mengikis habis sampai ke akar-akarnya.
Jayyid, kita ke lubbul matlab, diatas tadi adalah sekedar iklan kecik saja, sekedar iseng supaya kita masih bisa mengembangkan senyum meskipun kita dalam pesakitan. Sebab ada pepatah arab bilang: “ likulli da’in dawak”setiap penyakit pasti ada obatnya” any way Islam saat ini dalam pesakitan, Islam saat ini dalam jeratan kanker Jammaah Takfiriyah yang mendaku Salafy/I dan Ahlu Sunnah wal Jammaah. Oleh karena itu apakah benar dakwaan Jammah Takfiriyah ini sebagai penegak akidah Ahlu Sunnah wal Jammaah.??. lebih edan lagi mendaku Salafy/I …?.
Lihat apa yang dikatakan adik Muhhamad Abdul Wahab ini kepada kakaknya. Sulaiman bin Abdul Wahhab adalah tokoh murni Ahlu Sunnah wal Jammaah beliau dalam kitabnya yang berjudul [Ash-shawa’iq Al-ilahiyyah fi Ar-radd ‘ala Al-wahabiyyah], kepada Muhammad Abdul Wahhab beliau bertutur: “Sejak jaman sebelum Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu pada jaman para imam Islam, belum pernah ada yang meriwayatkan bahwa seorang imam kaum Muslimin mengkafirkan sesama, mengatakan kepada mereka murtad dan memerintahkan untuk memerangi mereka. Belum pernah ada seorang pun dari para imam kaum Muslimin yang menamakan negeri kaum Muslimin sebagai negeri syirik dan negeri perang, sebagaimana yang Anda [Muhammad Abdul Wahab. Red] katakan sekarang. Bahkan lebih jauh lagi, Anda mengkafirkan orang yang tidak mengkafirkan perbuatan-perbuatan ini, meskipun dia tidak melakukannya. Kurang lebih telah berjalan delapan ratus tahun atas para imam kaum Muslimin, namun demikian tidak ada seorang pun dari para ulama kaum Muslimin yang meriwayatkan bahwa mereka [para imam kaum Muslimin] mengkafirkan orang Muslim. Demi Allah, keharusan dari perkataan Anda ini ialah Anda mengatakan bahwa seluruh umat setelah jaman Ahmad -semoga rahmat Allah tercurah atasnya- baik para ulamanya, para penguasanya dan masyarakatnya, semua mereka itu kafir dan murtad. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” [lihat perkataan Muhammad Wahhab dalam novel Risalah Arba’ah Qawa’id, Muhammad bin Abdul Wahhab, hal 4].
Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab juga berkata di dalam halaman 4 dalam kitabnya: “Hari ini umat mendapatkan musibah dengan orang yang menisbahkan dirinya kepada Al-qur’an dan As-sunnah, menggali ilmu dari keduanya, namun tidak mempedulikan orang yang menentangnya. Jika dia diminta untuk memperlihatkan perkataannya kepada ahli ilmu, dia tidak akan melakukannya. Bahkan, dia mengharuskan manusia untuk menerima perkataan dan pemahamannya. Barangsiapa yang menentangnya, maka dalam pandangannya orang itu seorang yang kafir. Demi Allah, pada dirinya tidak ada satu pun sifat seorang ahli ijtihad. Namun demikian, begitu mudahnya perkataannya menipu orang-orang yang bodoh. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Ya Allah, berilah petunjuk orang yang sesat ini, dan kembalikanlah dia kepada kebenaran.”
Mari kita simak lagi peranan sang bapak untuk meluruskan kembali pemikiran rusak si anak durhaka Muhammad Abdul Wahhab. Dikatakan bahwa Mufti Makkah, Zaini Dahlan mengatakan:”Abd Al-wahhab sang alim, bapak Muhammad bin abdul wahab adalah seorang yang salih, qadhi dan merupakan seorang tokoh ahli ilmu, begitulah juga dengan Al-syaikh Sulayman. Al-syaikh bin Abd Al-wahhab dan al-Syaikh Sulayman, kedua-duanya sejak awal ketika Muhammad mengikuti pengajarannya di Madinah al-Munawwarah telah mengetahui pendapat dan pemikiran Muhammad yang meragukan. Keduanya telah mengkritik, menasehati dan mencela pendapatnya dan mereka berdua pulalah yang memperingatkan kepada masyarakat mengenai bahaya pemikiran Muhammad ini “ [Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]
Disana dijelaskan lagi bahwa Zaini Dahlan mengatakan:” Bapaknya [Abd al-Wahhab], saudaranya Sulayman dan guru-gurunya sejak dini telah mengenali tanda-tanda penyelewengan agama (ilhad) dalam dirinya melihat dari perkataan, perbuatan dan tentangan Muhammad bin abd wahab terhadap banyak persoalan agama”.[Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar