Senin, 30 April 2012

Bukti Dedengkot wahabi saling mengkafirkan : Syaikh Bin Baz dikafirkan Oleh Syaikh Utsaimin



2 Dedengkot Wahabi “Berantem” Saling Menyesatkan; Ibnu Bas dan Ibnu Utsaimin [Bukti Kesesatan Aqidah Wahabi]
by AQIDAH AHLUSSUNNAH: ALLAH ADA TANPA TEMPAT
Dalam Web resminya, Ibnu Bas al Wahhabi (seperti yang anda lihat) mengatakan bahwa Allah memiliki bayangan. Na’uzdu Billah. Berikut ini adalah terjemah dari web di atas, (berkata):
Masalah: Tentang Sifat-sifat Allah
Dalam hadits yang mengatakan:
سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله
Apakah dengan dasar hadits ini Allah disifati bahwa Dia memiliki bayangan?
Jawab (Ibnu Bas):
Benar (Allah punya bayangan), sebagaimana itu disebutkan dalam hadits. Dalam sebagian riwayat dengan redaksi “Fi Zhilli ‘Arsyihi”, tetapi yang dalam dua kitab Shahih (Shahih Bukhari dan Muslim) dengan redaksi “Fi Zhillihi”, karena itu maka Allah memiliki BAYANGAN yang sesuai bagi-Nya; kita tidak tahu tata-caranya, sebagaimana kita tidak tahu tata cara dari seluruh sifat-sifat Allah lainnya, pintunya jelas satu bagi Ahlussunnah Wal Jama’ah (yaitu itsbat/menetapkan saja)”.
Lalu, (Lihat dan perhatikan…!!! Terutama untuk orang2 Wahabi; Silahkan PELOTOTIN…!!!)
berikut ini adalah tulisan Ibnu Utsaimin membantah Ibnu Bas; dalam “Syarh al Aqidah al Wasithiyyah”, j. 2, h. 136, dengan redaksi berikut ini:
وقوله: “لا ظل إلا ظله”؛ يعني: إلا الظل الذي يخلقه، وليس كما توهم بعض الناس أنه ظل ذات الرب عز وجل؛ فإن هذا باطل؛ لأنه يستلزم أن تكون الشمس حينئذ فوق الله عز وجل. ففي الدنيا؛ نحن نبني الظل لنا، لكن يوم القيامة؛ لا ظل إلا الظل الذي يخلقه سبحانه وتعالى ليستظل به من شاء من عباده. أ.ه
Tejemah:
Sabda Rasulullah “La Zhilla Illa Zhilluh” artinya “Tidak ada bayangan kecuali bayangan yang diciptakan oleh Allah”. Makna hadits ini bukan seperti yang disangka oleh sebagian orang (Ibnu Bas) bahwa bayangan tersebut adalah bayangan Dzat Allah, ini adalah pendapat batil (SESAT), karena dengan begitu maka berarti matahari berada di atas Allah. Di dunia ini kita membuat bayangan bagi diri kita, tetapi di hari kiamat tidak akan ada bayangan kecuali bayangan yang diciptakan oleh Allah supaya berteduh di bawahnya orang-orang yang dijehendaki oleh-Nya dari para hamba-Nya”.
******************************
Heh.. sesama Wahabi pada “berantem” saling menyesatkan, sesama dedengkot-nya pula…!!!! ugh!!!
Jelas, memang dua-duanya sama-sama sesat… bukti nyata bahwa AQIDAH WAHABI adalah AQIDAH SESAT.
Katakan kepada Ibnu Bas (dan pengikutnya) kalian bukan Ahlussunnah Wal Jama’ah, tapi kalian adalah AHLUTTASYBIH (kaum sesat yang menyerupakan Allah dengan makluk-Nya).
Semoga kita terhindar dari kesesatan kesesatan dan kekufuran aqidah Wahabi. Amin Bi Jahinnabiy Muhmmad Thaha al Amin.
Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah sesungguhnya telah menetapkan bahwa Allah bukan benda dan tidak disifati dengan sifat-sifat benda

Cara Mendapatkan Ilmu Laduni Menurut Alqur’an dan Sunnah



Abu Haidar
Alumni Madrasah Darussa’adah – Gunung Terang – Bandar Lampung

Bismillah….
Sebelum membaca artikel ini, mari luruskan dahulu yaqin kita kepada Allah….
Bahwa Makhluq ini tidak kuasa, tapi Allah yang maha kuasa!
Belajar (menuntut ilmu) diwajibkan untuk semua muslimin dan muslimat (hadits).
Tapi Hakikatnya ilmu dtang dari Allah bukan dari Belajar. Begitu pula rezeki datang bukan dari kerja kita.!
Kita Belajar karena perintah Allah dan Sunnah Nabi.
Jika Allah kehendaki, dengan belajar – Allah berikan ilmu
Jika Allah kehendaki, dengan belajar – tapi Allah tidak berikan ilmu
Jika Allah kehendaki, tanpa belajar pun – Allah berikan ilmu
Laailaha illallah
Belajar itu makhluq, Allah yang kuasa
+++++++++++++++++++++++++++++++++
Ilmu laduni /ilmu mauhub merupakan salah satu ilmu yang harus dimilki oleh orang yang ingin menjadi ahli tafsir alqur’an. Disamping harus mengusai 14 cabang ilmu lainnya seperti ilmu lughah, nahwu, saraf, balaghah, isytiqoqo, ilmu alma’ani, badi’, bayan, fiqh, aqidah, asbabunuzul, nasikh mansukh, ilmu qiraat, ilmu hadits, usul fiqah ( hukum-hukum furu’) dan ilmu mauhub ( fadhilah alqur’an, syaikh maulana zakariyya).
Ilmu ini adalah karunia khusus dari Allah swt.
A. Dalil-dalil ayat Al-qur’an tentang ilmu laduni/mauhub
1.       “Dan Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian“ (Qs. Al baqarah ayat 282)
2.        “Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami (jalan-jalan petunjuk). Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang ihsan (muhsinin)(QS Al’ankabut [69] ayat 69).
3.         “Katakanlah  (hai Muhammad Saw.)  Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan (QS Thaha [10] ayat 113).
4.       “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. “(QS. Al-qashash [28], ayat 7).
5.        “Dan kami telah ajarkan kepadanya (Nabi khidhir) dari sisi Kami suatu ilmu”. (Al Kahfi: 65).
B. Hadits-hadits tentang ilmu mauhub/laduni
1.        Hadits Bukhari -Muslim :
Dahulu ada beberapa orang dari umat-umat sebelum kamu yang diberi ilham. Kalaulah ada satu orang dari umatku yang diberi ilham pastilah orang itu Umar.”(Muttafaqun ‘alaihi)
2.        Hadits At Tirmidzi :
“Ini bukan bisikan-bisikan syaithan, tapi ilmu laduni ini merubah firasat seorang mukmin, bukankah firasat seorang mukmin itu benar? Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Hati-hati terhadap firasat seorang mukmin. Karena dengannya ia melihat cahaya Allah”. (H.R At Tirmidzi).
3.        Hadits riwayat Ali bin Abi Thalib Ra:
Ilmu batin merupakan salah satu rahasia Allah ‘Azza wa Jalla, dan salah satu darihukum-hukum-Nya yang Allah masukkan kedalam hati hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya”.
4.        Hadits riwayat Abu Dawud dan Abu Nu’man dalam kitab Al-Hilyah :
Nabi Muhammad Saw. bersabda yang maksudnya : “Barangsiapa mengikhlashkan dirinya kepada Allah (dalam beribadah) selama 40 hari maka akan zhahir sumber-sumber hikmah daripada hati melalui lidahnya”. (HR. Abu Dawud dan Abu Nu’man dalam alhilyah).
5.        Hadits riwayat Imam Ahmad Dalam kitab  al-hikam
Nabi SAW bersabda :” Barangsiapa Yang Mengamalkan Ilmu Yang Ia Ketahui MakaAllah Akan Memberikan Kepadanya Ilmu Yang Belum Ia Ketahui”.
Imam Ahmad bin Hanbal ra. Bertemu dengan Ahmad bin Abi Hawari, maka Ahmad bin Hanbal ra. “Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang pernah kau dapati dari gurumu Abu Sulaiman ra. “. Jawab Ibnu Hawari : “Bacalah subhanallah tanpa kekaguman”.Setelah dibaca oleh Ahmad bin Hanbal ra. : “Subhanallah” Maka berkata Abil Hawari ra. : “Aku telah mendengar bahwa Abu Sulaiman berkata : “ Apabila jiwa manusia benar-benar berjanji akan meninggalkan semua dosa, nescaya akan terbang kea lam malakut (di langit), kemudian kembali membawa berbagai ilmu hikmah tanpa berhajat pada guru”. Imam Ahmad Bin Hanbal ra. Setelah mendengar keterangan itu langsung ia bangkit bangun/berdiri dan duduk ditempatnya berulang tiga kali, lalu berkata : “Belum pernah aku mendengar keterangan serupa ini sejak aku masuk islam”. Ia sungguh puas dan sangat gembira menerima keterangan itu, kemudian ia membaca hadits tadi.
(Tarjamah Kitab Alhikam Syaikh Ibnu Athoillah, H Salim Bahreisy, Victory Agencie, Kuala Lumpur, 2001, pp 33-34., Hadits ini juga tertulis di Fadhilah alqu’an penjelasan hadith ke 18, hal 25-27, Syaikh Maulana Zakariyya, era ilmu kuala lumpur)
6.       Dalam hadits majmu (Himpunan) hadist qudsy
Allah berfirman kepada Isa: “Aku akan mengirimkan satu umat setelahmu (ummat Muhammad Saw.)yang jika Aku murah hati pada mereka, mereka bersyukur dan bertahmid, dan jika Aku menahan diri, mereka sabar dan tawakal tanpa [harus] mempunyai hilm (kemurahan hati) dan ‘ilm [1].” Isa bertanya: “Bagaimana mereka bisa seperti itu ya Allah, tanpa hilm dan ‘ilm?” Allah menjawab: “Aku memberikan mereka sebagian dari hilmKu dan ‘ilmKu.”
7.        Dalam hadits qudsy (Kitab Futuh Mishr wa Akhbaruha, Ibn ‘Abd al-Hakam  wafat 257 H).
Allah mewahyukan kepada Isa As. untuk mengirimkan pendakwah ke para raja di dunia. Dia mengirimkan para muridnya. Murid-muridnya yang dikirim ke wilayah yang dekat menyanggupinya, tetapi yang dikirim ke tempat yang jauh berkeberatan untuk pergi dan berkata: “Saya tidak bisa berbicara dalam bahasa dari penduduk yang engkau mengirimkan aku kepadanya.” Isa As. berkata: “Ya Allah, aku telah memerintahkan murid-muridku apa yang Kau perintahkan, tetapi mereka tidak menurut.” Allah berfirman kepada Isa: “Aku akan mengatasi masalahmu ini.” Maka Allah membuat para murid Isa bisa berbicara dalam bahasa tempat tujuan mereka diutus
Perkara ini telah dijelaskan oleh sayyidina ‘ali ra. saat beliau menjawab pertanyaan orang ramai, “apakah beliau telah mendapatkan ilmu khusus atau wasiat khusus dari Rasulullah saw. yang hanya diberikan kepada beliau dan tidak kepada orang lain?”
Hazrat ‘ali ra. menjawab :” Demi Tuhan yang telah menciptakan surga dan jiwa-jiwa, aku tidak pernah mendapat apa-apa selain daripada ilmu yang Allah berikan kepada seseorang untuk memahami alqur’an!”
ibnu abi dunya rah. berkata bahwa pengetahuan daripada Al-quran dan apa-apa yang didapati daripada alqu’an begitu luas daripada alqur’an. Seorang pentafsir harus mengetahui 15 cabang ilmu yg disebutkan diatas. Tafsiran orang yang tidak mahir dalam ilmu-ilmu ini adalah termasuk tafsiran bil-rakyi (tafsir menurut fikiran sendiri) yang hal ini DILARANG OLEH SYARA’. Para sahabat ra. mendapat ilmu bahasa arab secara tabii dan ilmu-ilmu lain mereka dapati langsung dari ilmu kenabian (nabi SAW).
Nabi SAW bersabda :” Barang siapa yang berfatwa dalam masalah agama, tanpa ada ilmu maka baginya laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya ” (HR. Imam suyuti).
Jadi Ilmu laduni = ilmu dari Allah asbab hasil amal...karena Allah telah tunjukan cara mendapatkannya pada kita.
C. Cara mendapatkan ilmu dari Allah Swt.
ilmu laduni dan cara/jalan untuk mendapatkannya didalam ALQU’AN DAN HADITS :
1. Belajar
Termasuk bertanya dengan para ulama. Hendaknya belajar dengan guru mursyid yang menjaga dzikir dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
An-Nahl (16) : 43
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
16.43. Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ulama yang menjaga dzikir/mursyid) jika kamu tidak mengetahui,
2. TAKUT KEPADA ALLAH
kitab alhikam, syaikh ibnu athoillah alasykandary (kepala madrasah alazhar-asyarif abad 7 hijriah) menyebutkan nukilan ayat dari alqur’anulkarim :
“wataqullaha wayu’alimukumullah” (Qs. Al baqarah ayat 282)
artinya : “Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian“ (Qs. Al baqarah ayat 282)
Sifat takut/tunduk/patuh hanya kepada Allah, sangatlah mulia. Bukan saja ilmu laduni yang Allah beri tapi Allah akan tundukan semua makhluq padanya bahkan para malaikatpun akan berkhidmad dan senantiasa membantunya (atas izin Allah), sebagai mana maksud dari haidts nabi SAW :
Nabi saw bersbda : “man khofa minallahi khofahu kulla syai waman khofa ghoirallah khofa min kulli syai”
artinya : “Barang siapa yang takutnya hanya kpd Allah maka Smua makhuq akan takut/tunduk padanya. Barangsiapa takut/tunduknya kpd selain Allah maka semua makhluq akan (menjadi asbab) ketakutan baginya “
Lihatlah kisah-kisah salafushalih kita, bagaimana pasukan dakwah sahabat berjalan diatas air melintasi sungai tigris irak, pasukan dakwah sahabat yang berjalan melintasi laut merah, mu’adz bin jabal ra shalat 2 rekaat maka gunung batu yang besar terbelah dua-membuka jalan untuknya, para sahabat terkemuka boleh mendengarkan dzikir benda-benda mati (roti dan mangkuk) .
Abu dzar alghifary ra. atas perintah khalifah umar ra., beliau ditugaskan utk memasukan kembali lahar gunung berapi yang sudah keluar dari kawahnya. maka atas izin Allah, lahar panas tsb masuk kembali ke kawah gunung tsb (hayatushabat).
Abdullah atthoyar ra. boleh terbang seprti malaikat yang punya sayap, maka ketika ditanya oleh rasulullah, apa yang menjadi asbab Allah berikan karomah tersebut, maka beliau menjawab ” saya pun tidak tahu, tapi mungkin karena aku dari sebelum saya masuk islam sampai sekarng pun saya tidak pernah minum khamr, …dst”.
3. MENGAMALKAN ILMU YANG DIKETAHUI
sebuah hadits  menyebutkan bahwa nabi muhammad saw bersabda :
“man ‘amila bimaa ‘alima waratshullahu ‘ilma maa lam ya’lam”
Artinya : Nabi SAW bersabda :” BARANGSIAPA YANG MENGAMALKAN ILMU YANG IA KETAHUI MAKA ALLAH AKAN MEMBERIKAN KEPADANYA ILMU YANG BELUM IA KETAHUI”
4. TIDAK MENCINTAI DUNIA
‘alammah suyuti rah. berkata :“kamu menganggap bahwa ilmu mauhub adalah diluar kemampuan manusia. Namun hakikatnya bukanlah demikian, bahkan cara untuk menghasilkan ilmu ini adalah dengan beberapa asbab. Melalui ini Allah swt. telah menjanjikan ilmu tersebut. Asbab-asbab itu adalah seperti : beramal dengan ilmu yang diketahui, tidak mencintai dunia dan lain-lain….”
Sebagaimana dalam sebuah hadits, bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya :“Barang siapa yang zuhud pada dunia (tidak cinta dunia), maka akan Allah berikan kepadanya ilmu tanpa Belajar” (Fadhilatushaqat).
5. Berdoa
Semua itu datang bagi Allah, maka Rasulullah mencontohkan kepada kita agar senantiasa berdoa agar diberikan ilmu dan hidayah dari Allah swt. Sebagaimana dalam al-qur’an disebutkan :
“Wa qul rabbi zidnii ilma“
Artinya : Allah Swt. Berfirman : “Katakanlah  (hai Muhammad Saw.)  Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (QS Thaha [10] ayat 113)
Untuk menumbuhkan rasa takut pada Allah dengan dzikir
Untuk menumbuhkan zuhud pada Allah dengan mujahadah
Sedangkan Doa akan diterima jika kita ikhlash…..
Untuk itu kita harus belajar dan dibimbing oleh guru-guru yang mursyid.
6. Berdakwah
ika kita berdakwah (amr bil ma’ruf wa nahya ‘anil munkar) atau mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran maka Allah akan berikan kepada kita ‘ilm wa hilm (’ilmu dan kelembutan hati) langsung dari qudrat Allah swt. Sebagaimana Dalam surat al-‘ankabut ayat terakhir :
“Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang ihsan (muhsinin) (QS Al’ankabut [69] ayat 69).
Lafadz “ subulana” atau “jalan-jalan kami” bermakna juga “jalan-jalan petunjuk dari Allah” atau “jalan-jalan hidayah (ilmu-ilmu islam yang haq)”.
Sebagaimana juga dalam hadits qudsi (kurang lebih maknanya) tatkala Allah menceritakan keutamaan umat akhir zaman kepada Nabi isa as.,
Dari Abu Darda Ra. berkata : “Aku mendengar Rasulullah Saw. Bersabada, “Sesungguhnya Allah Swt berfirman kepada Isa As. : “Aku akan mengirimkan satu umat setelahmu (ummat Muhammad Saw.), yang jika Aku murah hati pada mereka, mereka bersyukur dan bertahmid, dan jika Aku menahan diri, mereka sabar dan tawakal tanpa [harus] mempunyai hilm (kemurahan/kemurahan  hati) dan ‘ilm (ilmu) .” Isa bertanya: “Bagaimana mereka bisa seperti itu ya Allah, tanpa hilm dan ‘ilm?” Allah menjawab: “Aku memberikan mereka sebagian dari hilmKu dan ‘ilmu-Ku.” [HR. Hakim. Katanya Hadits ini shahihmenurut syarat Bukhary, tetapi ia tidak meriwayatkannya, sedangkan adzahaby menyepakatinya". I/348]
Keterangan : Hadits ini juga terdapat pada Muntakhab hadits SyaikhulHadits Maulana Yusuf, Hadits No. 27,  Bab ikhlash dan Juga terdapat pada kitab Ucapan Nabi Isa as dalam kisah-kisah literature umat islam, Tarif Khalidi.
Mengenai kisah dakwah kaum hawariyyin (pengikut Nabi Isa as.) :
-          Allah mewahyukan kepada Isa As. untuk mengirimkan pendakwah ke para raja di dunia. Dia mengirimkan para muridnya. Murid-muridnya yang dikirim ke wilayah yang dekat menyanggupinya, tetapi yang dikirim ke tempat yang jauh berkeberatan untuk pergi dan berkata: “Saya tidak bisa berbicara dalam bahasa dari penduduk yang engkau mengirimkan aku kepadanya.” Isa berkata: “Ya Allah, aku telah memerintahkan murid-muridku apa yang Kau perintahkan, tetapi mereka tidak menurut.” Allah berfirman kepada Isa: “Aku akan mengatasi masalahmu ini.” Maka Allah membuat para murid Isa bisa berbicara dalam bahasa tempat tujuan mereka diutus. (Kitab Futuh Mishr wa Akhbaruha, Ibn ‘Abd al-Hakam  wafat 257 H).
ilmu laduniadalah karunia khusus/khas bagi hambanya, terlebih bagi mereka yang telah ma’rifat. Orang yang telah ma’rifat akan mendapatkan segala-galanya karena tidak ada keinginan dunia dalam hatinya.
Nabi SAW bersabda : “man wajadallah wajada kulla syai, man faqadallah faqada kulla syai”
artinya : Barang siapa kenal kepada Allah maka ia akan mendapatkan segala-galanya
Barang siapa yang kehilangan Allah (tidak kenal Allah) maka ia kehilangan segala-galanya.”
( Kumpulan Khutbah jum’at romo kyai).
Dalam kitab kimiyai saadat, bahwa ada tiga jenis manusia yang tiadak akan bisa memahami alqur’an :
- Pertama : Seorang yang tidak memahami bahasa arab
-Kedua : Orang yang berkekalan dengan dosa-dosa besar dan bid’ah. Ini karena dosa dan amalan bid’ah itu akan menghitamkan hatinya yg menyebabkan dia tidak mampu memahami alqur’an.
_ketiga : Orang yang yakin hanya terhadap makna-makna dhahir saja dalam hal-hal aqidah (mengambil makna dhohir dari ayat/hadits mutasyabihat, aqidahnya bermasalah: mu’tazillah, mujasimmah dsb). Perasaanya tidak dapat menerima apabila dia membaca ayat alqu’an yang bertentangan dengan keyakinannya itu. Orang yang demikian tidak akan bisa memahami alqur’an.
“Ya Allah Peliharalah kami daripada mereka!”

Pertanyaaan Gugurkan Aqidah batil Trinitas wahabi (uluhiyah – rububiyah



Pertanyaaan Gugurkan Aqidah batil Trinitas wahabi (uluhiyah – rububiyah
Orang-orang Arab Badwi itu berkata:”Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka):”Kamu belum beriman,tetapi katakanlah ‘kami telah tunduk’ (Islam), karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 49:14)
Pertanyaan ;  orang badwi ini bertauhid rububiyah?, apa uluhiyah? apa salah satu  (menurut aqidah trinitas wahabi)????
Terbukti, aqidah wahabi hanya untuk mengkafirkan orang orang islam dan menggelari orang kafir dengan sebutan “Umat bertauhid” na’udzubillah

————————————————————————————————————————————-

Pusat Fatwa Mesir : Kesesatan Aqidah Rububiyah – Uluhiyah Wahhaby

 
Berikut adalah sebahagian daripada terjemahan kami bagi Fatwa yang telah dikeluarkan oleh Pusat Fatwa Mesir berkaitan kesesatan Pembahagian Tauhid ala Taymiyyah dan Wahhabiyyah. Oleh kerana fatwanya agak panjang maka kami pilih yang sesuai dan bagi sesiapa yang boleh berbahasa Arab, silalah merujuk ke:



TERJEMAHAN:
“Dan pembahagian Tauhid kepada Uluhiyyah dan Rububiyyah adalah daripada pembahagian yang baru yang tidak datang daripada generasi Salafus Soleh. Dan orang pertama yang menciptanya – mengikut pendapat yang masyhur – ialah Sheikh Ibnu Taymiyyah (semoga Allah merahmati beliau),…

Melainkan beliau membawanya kepada had yang melampau sehingga menyangkakan bahawa Tauhid Rububiyyah semata-mata tidak cukup untuk beriman, dan bahawa sesungguhnya golongan Musyrikin itu bertauhid dengan Tauhid Rububiyyah dan sesungguhnya ramai daripada golongan umat Islam daripada Mutakallimin (ulama’ tauhid yang menggabungkan naqal dan aqal) dan selain daripada mereka hanyalah bertauhid dengan Tauhid Rububiyyah dan mengabaikan Tauhid Uluhiyyah.

Dan pendapat yang menyatakan bahawa sesungguhnya Tauhid Rububiyyah sahaja tidak mencukupi untuk menentukan keimanan adalah pendapat yang bid’ah dan bertentangan dengan ijma’ umat Islam sebelum Ibnu Taymiyyah…

Dan pemikiran-pemikiran takfir ini sebenarnya bersembunyi dengan pendapat-pendapat yang rosak ini dan menjadikannya sebagai jalan untuk menuduh umat Islam dengan syirik dan kufur dengan menyandarkan setiap kefahaman yang salah ini kepada Sheikh Ibnu Taymiyyah (semoga Allah merahmatinya) adalah daripada tipu daya dan usaha menakutkan yang dijalankan oleh pendokong-pendokong pendapat luar (yang bukan daripada Islam ini) untuk mereka memburuk-burukkan kehormatan umat Islam.

Dan inilah sebenarnya hakikat mazhab golongan Khawarij dan telah banyak nas-nas Syariat menyuruh agar kita berhati-hati daripada terjebak ke dalam kebathilannya.”
Pembahasan :
1. Syirik dan Tauhid (Iman)  tidak mungkin bersatu. Hal ini adalah 2 perkara yang berlawanan bagai siang dengan malam.
“Tidak boleh berkumpul antara iman dan kikir di dalam hati orang yang beriman selama-lamanya” [HR Ibn Adiy].
lihatlah : iman dan bakhil saja tidak akan bercampur!
apalagi iman dengan KUfur!!!!   
TIDAK ADA SEBUTAN UMMAT BERTAUHID BAGI YANG TAUHIDNYA BERCAMPUR DGN KUFUR, YANG ADA ADALAH “MUSYRIK” SECARA MUTLAK!
 2. Orang kafir di nash kafir tidak layak disebut bertauhid (dengan tauhid apapun) bahkan orang yang telah masuk islam tapi melakukan perbuatan yang membuat mereka kufur, itupun tak layak mendapat sebutan bertauhid dan di nash sebagai KAFIR SECARA MUTLAK!
Dalil Kufur Fi’li:
Maknanya: “Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan…” (Q.S. Fushshilat: 37)
Dalil Kufur Qauli:
Maknanya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka katakan) tentulah mereka akan menjawab sesungguhnya
kami hanyalah bersendagurau dan bermain-main saja. Katakanlah apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu berolok-olok , tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman …” (Q.S. at-Tubah 65-66)
Maknanya: “Mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka telah mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kufur dan menjadi kafir sesudah mereka sebelumnya muslim …” (Q.S. at-Taubah: 74)
3. Iman itu yakin sepenuhnya dalam hati, diucapkan dgn lisan dan diamalkan dengan lisan. Orang hanya ucapannya saja itu tak layak disebut beriman/bertauhid!
Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka
tidak ragu-ragu…” (Q.S. al Hujurat: 15)
 
4. Tidak ada pembagaian Tauhid rububiyah dan uluhiyah. Tauhid uluhiyah ialah tauhid rububiyah dan tidak bisa dipisah.
Dari abu dzar ra. berkata, rasulullah saw bersabda : “Tidaklah seorang hamba Allah yang mengucapkan Laa ilaha illallah kemudian mati dengan kalimat itu melainkan ia pasti masuk sorga”, saya berkata : “walaupun ia berzina dan mencuri?”, Beliau menjawab :” walaupun ia berzina dan mencuri”, saya berkata lagi : “walaupun ia berzina dan mencuri?” Beliau menjawab :” walaupun ia berzina dan mencuri, walaupun abu dzar tidak suka” (HR imam bukhary, bab pakaian putih, Hadis no. 5827). Lihat ratusan hadis ttg kalimat tauhid laa ilaha illah dalam kutubushitah!
Kalimat “laailaha illalllah” mencakup rububiyah dan uluhiyah, kalau saja uluhiayah tak mencukupi, maka syahadat ditambah : “laa ilaha wa rabba illallah”
tapi nyatanya begitu!!
hadis tentang pertanyaan malaikat munkar nakir di kubur : “Man rabbuka?”
kalaulah tauhid rububiyah tak mencukupi, pastilah akan ditanya : Man rabbuka wa ilahauka?, tapi nyatanya tidak!!
5. WAHABY MENGGELARI ORANG YANG DI NASH KAFIR SECARA MUTLAK OLEH ALLAH DAN RASUL-NYA DENGAN GELAR “UMAT BERTAUHID RUBUBIYAH”

- orang kafir tetap di sebut kafir secara mutlak, tak ada satupun  gelaran “tauhid” bagi mereka! lihat QS. Az Zukhruf ayat 88

وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
وَقِيلِهِ يَارَبِّ إِنَّ هَؤُلَاء قَوْمٌ لَّا يُؤْمِنُونَ
فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلَامٌ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
86. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)1368.
87.Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?,
88.dan (Allah mengetabui) ucapan Muhammad: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman (tidak bertauhid DI NASH KAFIR SECARA MUTLAK!!)”.
89.Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah: “Salam (selamat tinggal).” Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk).
(QS. Az Zukhruf : 86-89)
Orang kafir menurut tauhid rububiyah wahaby sendiri tidak yakin 100% kerububiyahan Allah
 MEREKA MASIH MENYAKINI BERHALA-BERHALA BISA MEMBERI MANFAAT!!! Mereka telah di nash kafir atau tidak ada iman oleh Allah dan rasulnya!,  tak ada satupun  gelaran “tauhid” bagi mereka! lihat QS. Az Zukhruf ayat 88
Sedangkan “seorang kafir tidak mungkin muslim apalagi mu’min (beriman/bertauhid)
dan “seorang mu’min itu pasti muslim, tetapi seorang muslim belum tentu mu’min” sesuai dengan firman Allah :
Surat alHujurat : 14
Jadi , muslim =  orang islam (secara hukum) sudah syhadatain
munafiq = muslim (secara hukum) yang bukan mu’min, dhahirnya muslim tapi aqidahnya belum betul
mu’min = orang yang iman betul dan kuat dan pasti muslim
kafir = bukan bukan muslim apalagi mu’min
‘Orang-orang Arab Badui berkata, “kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu … ”
kenapa wahaby menghukumi orang kafir sebagai “umat bertauhid/beriman rububiyah”????

Kesimpulan (silahkan rujuk pusat fatwa al-azhar mesir):
orang Wahabi mengatakan : orang kafir mengakui adanya Allah tetapi mereka menyembah selain Allah.
Jadi, kata mereka, ada orang yang mengakui adanya Tuhan tetapi menyembah selain Tuhan adalah bertauhid Rububiyah iaitu Tauhidnya orang yang mempersekutukan Allah. Adapun Tauhid Uluhiyah ialah tauhid yang sebenar-benarnya iaitu mengesakan Tuhan sehingga tidak ada yang disembah selain Allah.
Demikian pengajian Wahabi.Pengajian seperti ini tidak pernah ada sejak dahulu. hairan kita melihat falsafahnya. Orang kafir yang mempersekutukan Tuhan digelar kaum Tauhid. Adakah Sahabat-sahabat Nabi menamakan orang musyrik sebagai ummat Tauhid? Tidak!
Syirik dan Tauhid tidak mungkin bersatu. Hal ini adalah 2 perkara yang berlawanan bagai siang dengan malam. Mungkinkah bersatu siang dengan malam serentak?Begitulah juga tidak adanya syirik dan tauhid bersatu dalam diri seseorang. Sama ada dia Tauhid atau Musyrik. Tidak ada kedua-duanya sekali. Jelas ini adalah ajaran sesat dan bidaah yang dipelopori oleh puak Wahabi & kini telah merebak ke dalam pengajian Islam teruatamnya di Timur Tengah. Kaum Wahabi yang sesat ini menciptakan pengajian baru dengan maksud untuk menggolongkan manusia yang datang menziarahi makam Nabi di Madinah, bertawasul dan amalan Ahlussunnah wal Jamaah yang lain sebagai orang “kafir” yang bertauhid Rububiyah dan yang mengikuti mereka sahaja adalah tergolong dalam Tauhid Uluhiyah

AJARAN DASAR TARIKAT



.3 Ajaran Dasar
AJARAN DASAR TARIKAT NAQSYABANDIYAH
Amin Al Kurdi menjelaskan ada 11 (sebelas) dasar ajaran Tarikat Naqsyabandiyah, yaitu :
1). “Huwasy Dardam” , yaitu pemeliharaan keluar masuknya nafas, supaya hati tidak lupa kepada Allah SWT atau tetap hadirnya Allah SWT pada waktu masuk dan keluarnya nafas. Setiap murid atau salik menarikkan dan menghembuskan nafasnya, hendaklah selalu ingat atau hadir bersama Allah di dalam hati sanubarinya. Ingat kepada Allah setiap keluar masuknya nafas, berarti memudahkan jalan untuk dekat kepada Allah SWT, dan sebaliknya lalai atau lupa mengingat Allah, berarti menghambat jalan menuju kepada- Nya.
2). “Nazhar Barqadlam” yaitu setiap murid atau salik dalam iktikaf/suluk bila berjalan harus menundukkan kepala, melihat ke arah kaki dan apabila dia duduk dia melihat pada kedua tangannya. Dia tidak boleh memperluas pandangannya ke kiri atau ke kanan, karena dikhawatirkan dapat membuat hatinya bimbang atau terhambat untuk berzikir atau mengingat Allah SWT. Nazhar Barqadlam ini lebih ditekankan lagi bagi pengamal tarikat yang baru suluk, karena yang bersangkutan belum mampu memelihara hatinya.
3). “Safar Darwathan”  yaitu perpindahan dari sifat kemanusiaan yang kotor dan rendah, kepada sifat-sifat kemalaikatan yang bersih dan suci lagi utama. Karena itu wajiblah bagi si murid atau salik mengontrol hatinya, agar dalam hatinya tidak ada rasa cinta kepada makhluk.
4). “Khalwat Daranjaman” yaitu setiap murid atau salik harus selalu menghadirkan hati kepada Allah SWT dalam segala keadaan, baik waktu sunyi maupun di tempat orang banyak. Dalam Tarikat Naqsyabandiyah ada dua bentuk khalwat :
a. Berkhalwat lahir, yaitu orang yang melaksanakan suluk dengan mengasingkan diri di tempat yang sunyi dari masyarakat ramai.
b. Khalwat batin, yaitu hati sanubari si murid atau salik senantiasa musyahadah, menyaksikan rahasia- rahasia kebesaran Allah walaupun berada di tengah- tengah orang ramai.
5). “Ya Dakrad” yaitu selalu berkekalan zikir kepada Allah SWT, baik zikir ismus zat (menyebut Allah, Allah,.), zikir nafi isbat (menyebut la ilaha ilallah), sampai yang disebut dalam zikir itu hadir.
6). “Bar Kasyat” yaitu orang yang berzikir nafi isbat setelah melepaskan nafasnya, kembali munajat kepada Allah dengan mengucapkan kalimat yang mullia
“Wahai Tuhan Allah, Engkaulah yang aku maksud (dalam perjalanan rohaniku ini) dan keridlaan-Mulah yang aku tuntut”. Sehingga terasa dalam kalbunya rahasia tauhid yang hakiki, dan semua makhluk ini lenyap dari pemandangannya.
7).“Nakah  Dasyat” yaitu setiap murid atau salik harus memelihara hatinya dari kemasukan sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya, walaupun hanya sebentar. Karena godaan yang mengganggu itu adalah masalah yang besar, yang tidak boleh terjadi dalam ajaran dasar tarikat ini.
Syekh Abu Bakar Al Kattani berkata, “Saya menjaga pintu hatiku selama 40 (empat puluh) tahun, aku tiada membukakannya selain kepada Allah SWT, sehingga menjadilah hatiku itu tidak mengenal seseorang pun selain daripada Allah SWT.”
Sebagian ulama tasawuf berkata “Aku menjaga hatiku 10 (sepuluh) malam, maka dengan itu hatiku menjaga aku selama 20 (duapuluh) tahun.”
8).“Bad Dasyat”  yaitu tawajuh atau pemusatan perhatian sepenuhnya pada musyahadah, menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah SWT terhadap Nur Zat Ahadiyah (Cahaya Yang Maha Esa) tanpa disertai dengan kata- kata. Keadaan “Bad Dasyat” ini baru dapat dicapai oleh seorang murid atau salik, setelah dia mengalami fana dan baka yang sempurna. Adapun tiga ajaran dasar yang berasal dari Bahauddin Naqsyabandi adalah,
9).“Wuquf Zamani”  yaitu kontrol yang dilakukan oleh seorang murid atau salik tentang ingat atau tidaknya ia kepada Allah SWT setiap dua atau tiga jam. Jika ternyata dia berada dalam keadaan ingat kepada Allah SWT pada waktu tersebut, ia harus bersyukur dan jika ternyata tidak, ia harus meminta ampun kepada Allah SWT dan kembali mengingat- Nya.
10).“Wuquf ‘Adadi” yaitu memelihara bilangan ganjil dalam menyelesaikan zikir nafi isbat, sehingga setiap zikir nafi isbat tidak diakhiri dengan bilangan genap. Bilangan ganjil itu, dapat saja 3 (tiga) atau 5 (lima) sampai dengan 21 (duapuluh satu), dan seterusnya.
11).“Wuquf Qalbi” yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh Syekh Ubaidullah Al- Ahrar, “Keadaan hati seorang murid atau salik yang selalu hadir bersama Allah SWT”. Pikiran yang ada terlebih dahulu dihilangkan dari segala perasaan, kemudian dikumpulkan segenap tenaga dan panca indera untuk melakukan tawajuh dengan mata hati yang hakiki, untuk menyelami makrifat Tuhannya, sehingga tidak ada peluang sedikitpun dalam hati yang ditujukan kepada selain Allah SWT, dan terlepas dari pengertian zikir.
Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya mengajarkan ajaran dasar tarikatnya, sama dengan ajaran dasar Tarikat Naqsyabandiyah ini.

Bukti Wahabi Kafirkan Imam Al Mufassir Fakhruddin Al Razi (w.606 H)



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ



al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwibah al-Najdiyyah, Cetakan Dar al-Qasim, vol.10, hal.355.

Setelah ia menjelaskan ehwal keburukan orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang Musyrik akhirnya ia (Abdurrahman bin Hasan; cucu Muhammad bin Abdil-Wahhab -tergolong Alu Syeikh-) masih merasa kurang jika tidak memurtadkan Imam al-Razi. Ia menuliskan risalah bahwa;

Ada hal yang lebih buruk dari itu semua iaitu dari kalangan mereka (orang-orang kafir) ada yang menuliskan karya -yang termasuk- dalam agama orang-orang musyrik dan murtad dari agama Islam, sebagaimana halnya al-Razi menulis bukunya tentang penyembahan gugusan bintang dan dia (al-Razi) menggunakan dalil-dalil untuk -mendukung- kebaikan dan manfaat dari karyanya sekaligus dia menganjurkan untuk hal itu (mempelajari dan mengambil manfaatnya). Hal ini -seperti apa yang dilakukan al-Razi- berdasarkan kesepakatan umat muslim adalah kemurtadan dari agama Islam, meskipun pada akhirnya dia balik ke agama Islam.

Poin-poin dari risalah ini adalah:
  • Kata “Anna Min Hum” (sesungguhnya dari kalangan mereka). Di sini terdapat Huruf Jar yaitu “Min” (dari) yang berfaedah Tab’idh (sebagian). Jadi, Isim Mu’akhkhar dari Inna yaitu “Man” yang terdapat setelah Khabar Inna Muqaddam (dalam hal ini jumlah Jar dan Majrur -Minhum-) adalah bagian dari kata “Hum” (mereka: marja’nya adalah yahudi, nasrani). Jadi orang yang menulis karya semacam ini adalah bagian dari orang-orang kafir seperti Yahudi dan Nasrani.

  • Kata “Kama Shannafa al-Razi” (sebagaimana yang ditulis oleh al-Razi). Di sini terdapat Huruf Jar yaitu “Kaf” (seperti, sebagaimana) yang berfaedah Tasybihkarena merupakan Adat Tasybih seperti kata Mitsl. Maka dalam hal ini Imam al-Razi berada pada posisi al-Musyabbah (orang yang diserupakan), sementara kata “Man” (orang) yang merupakan bagian dari Yahudi dan Nasrani adalah al-Musyabbah Bih (orang yang diserupai). Konsekuensi logik dari ucapan ini adalah menyerupakan Imam al-Razi dengan orang-orang yahudi dan nasrani.

  • Kata “Fi ‘Ibaadati al-Kawakib“. Semenjak bila Imam al-Razi menulis buku penyembahan gugusan bintang!? Ini jelas sekali tuduhan lantaran kedengkian dan berburuk sangka sebelum memahami apa yang ditulis oleh Imam al-Razi. Jika sekarang ahli astronomi Islam menuliskan buku-buku pegangan untuk pelajar guna menjelaskan tentang gugusan bintang, apakah penulis ini dikatakan menganjurkan untuk menyembah gugusan bintang sehingga ia dikafirkan?? Barangkali penulis ini akan dikafirkan jika berhasil membuktikan bahwa bumi adalah bulat, bukan datar bagai papan tulis yang punya tepi.

  • Kata “Hadzihi Riddatun ‘an al-Islam” (murtad dari agama Islam). Inilah ujung dari premis-premis yang digunakannya untuk memfitnah Imam al-Razi sebagai pelopor kemurtadan di abad 6 s/d 7 Hijriyah. Bahkan sebelum ditutup dengan kata “Intaha” alias Selesai, statemen ini diakhiri dengan “Wa In Kaana Qad Yakuunu ‘Aada Ilaa al-Islam” (meskipun dia pernah kembali ke agama Islam), dia tetap murtad!!!

Dari risalah di atas dapat kita susun premis-premisnya yang terdiri dari muqaddimah kubra dan shughra serta natijahnya, sbb;

+Orang yang menulis tentang ilmu perbintangan (meski dituduh menganjurkan menyembah bintang) adalah murtad yang termasuk golongan yahudi, nasrani.
+Imam al-Razi adalah penulis buku perbintangan (meski dituduh menganjurkan menyembah bintang).
=Imam al-Razi termasuk golongan…………… Na’udzubillah

“DEDENGKOT” WAHABI; IBNU UTSAIMIN DAN AL ALBANI MENGINGKARI RASULULLAH SEBAGAI MAKHLUK ALLAH PALING MULIA




“DEDENGKOT” WAHABI; IBNU UTSAIMIN DAN AL ALBANI MENGINGKARI RASULULLAH SEBAGAI MAKHLUK ALLAH PALING MULIA……; salah satu bukti bahwa WAHABI memusuhi Rasulullah.

Kitab ini karya Ibnu Utsaimin berjudul al Manahi al Lafzhiyyah, h. 161, lihat scan berikut:


Ini adalah terjemah lengkapnya:

Ibnu Utsaimin di tanya: “Ada salah seorang guru di perguruan tinggi mengatakan bahwa mengucapkan “NABI MUHAMMAD ADALAH MAKHLUK PALING MULIA” adalah kata-kata yang tidak benar, menurutnya ini adalah ungkapan para ahli tasawuf. Ia berdalil dengan firman Allah:

ويخلق ما لا تعلمون (النحل: 8)

[Allah menciptakan sesuatu yang tidak kalian ketahui/QS. An-Nahl: 8], menurutnya; makhluk Allah ini sangat banyak, kita tidak dapat menghitung jumlahnya, [menurutnya bisa saja ada yang lebih mulia dari nai Muhammad]; maka kenapa kita harus mengatakan bahwa nabi Muhammad sebagai makhluk Allah paling mulia?

Ibnu Utsaimin menjawab [qabbahahullah]: “Pendapat yang masyhur menurut mayoritas ulama adalah ungkapan-ungkapan semacam ini dalam pemahaman mutlak; artinya nabi Muhammad adalah makhluk Allah yang paling utama di antara makhluk-makhluk lainnya, seperti perkataan seorang dalam bair syairnya:

وأفضل الخلق على الإطلاق  #   نبينا فمل عن الشقاق

“Dan makhluk paling utama secara mutlak adalah nabi kita; Muhammad, maka hindarilah dari perselisihan pendapat”. [bait Syekh Ibrahim al Laqqani dalam Jawharah at Tauhid]. Tetapi yang lebih hati-hati dan lebih selamat adalah kita katakan; “Muhammad adalah pimpinan seluruh anak Adam”, “manusia paling mulia”, “nabi yang paling mulia”, atau kata-kata semacam ini. DAN SAYA TIDAK MENGETAHUI SAMPAI DETIK INI BAHWA MUHAMMAD ADALAH MAKHLUK ALLAH YANG LEBIH UTAMA DARI SEGALA MALHLUK APAPUN SECARA MUTLAK.

PARAAAAH…. ente Utsaimin!!!!! Ente mengutip bait Syekh Ibrahim al Laqani, dan ente katakan bahwa pendapat masyhur di kalangan ulama adalah bahwa nabi Muhammad makhluk Allah paling mulia secara mutlak…. lalu ente membuat pendapat sendiri yang menurut ente LEBIH HATI-HATI dan LEBIH SELAMAT….. heh!! Yang ada justru ente “NYELENEH” karena menyalahi pendapat yang ente katakan sendiri sebagai pendapat masyhur…. gharib ente Utsaimin!!!! Man Syadza Syadza finnar………

Berikut ini BUKTI PARAH LAINNYA…. dari tulisan al Albani, bukunya berjudul Kitab at Tawassul; Anwa’uhu Wa Ahkamuhu, isinya pada halaman ini untuk “membantah” IBNU UTSAIMIN tapi sekaligus untuk MENGINKARI NABI MUHAMMAD SEBAGAI MAKHLUK PALING MULIA, lihat scan ini:


Berikut terjemah  yang berwarna kuning, berkata al Albani [qabbahahullah]:

“Perkara ke tiga dan yang terakhir; bahwa SANG DOKTOR (Ibnu Utsaimin) menganggap bahwa nabi Muhammad adalah makhluk Allah paling mulia secara mutlak. Ini adalah keyakinan, –yang dia sendiri tidak menetapkan kebenarannya–, yang seharusnya ditetapkan dengan dalil yang nyata (qath’iyyutsubut), dan petunjuk yang jelas (qath’iyyuddilalah); artinya harus ada ayat al Qur’an yang menetapkan secara jelas keyakinan semacam ini, atau hadits nabi yang mutawatir menunjukan demikian. SEKARANG… MANA DALIL PASTI YANG MENGATAKAN BAHWA NABI MUHAMMAD SEBAGAI MAKHLUK ALLAH YANG PALING MULIA SECARA MUTLAK?

Inilah keyakinan BURUK kaum Wahabi, tidak ada dalam HATI mereka ruang untuk mencintai Rasulullah; yang ada kata ”cinta” di MULUT doang… benar; kalau di MULUT mereka dech paling BERKOAR mengatakan cinta kepada Rasulullah.
Na’udzu billah Min Fitnatihim…..